Kamis, 28 Januari 2016

Guru dan Iimu



“Jadikanlah setiap pengalaman sebagai pelajaran”
Itulah nasihat ayah tadi siang, menanggapi aktivitas dan perjalanan saya pagi ini. Sebuah nasihat yang terdengar klise, namun tak dapat dipungkiri tetap relevan.
Saya sedang mengikuti proses seleksi di sebuah lembagai pendidikan. Dalam hati, saya bertekad untuk meneruskannya, apa pun hasilnya. Saya ingin menggali lebih banyak informasi mengenai lembaga ini. Kalau pun proses seleksi harus terhenti, paling tidak pengetahuan dan pengalaman saya semakin bertambah. Kalau berhasil?Lihat sajalah nanti. Ada banyak pertimbfangan yang harus dipikirkan.
Pengalaman adalah guru yang terbaik, begitu kata pepatah. Bicara tentang ilmu, tak terbantahkan guru merupakan sosok sentral, bahkan sejajar dengan pengalaman. Meski di zaman sekarang ilmu pengetahuan amat mudah dan murah diakses seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), guru tetap dibutuhkan. Yang utama adalah sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator.                   
Bicara tentang guru, saya teringat kisah yang dipaparkan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.   Dalam novel tersebut, Alif Fikri, sang tokoh utama, ingin belajar menulis kepada Togar, seniornya. Saat Alif menyerahkan hasil tulisannya kepada Togar, bukannya pujian-pujian yang didapatkan melainkan celaan. Diperlakukan demikian, mental Alif sempat jatuh. Sempat terbersit dalam pikirannya untuk berhenti berguru kepada Togar. Namun kemudian ia teringat dengan petuah Imam Syafii tentang menuntut ilmu. Menurut Imam Syafii, menuntut ilmu itu perlu banyak hal, misalnya rakus dengan ilmu, waktu yang panjang, dan hormat pada guru. “Ah, saya kan bisa cari guru lain”, demikian pikir Alif. “Lalu kalau demikian, apa niatmu?Kalau mau berguru, ya iklaskanlah dirimu diajar oleh dia”.   Akhirnya Alif memutuskan untuk tetap berguru kepada Togar, dengan segala konsekuensinya. Belakangan, ia tahu sebenarnya Togar baik hati meski kerap tanpa basi-basi. Ia hanya ingin anak didiknya serius dengan niatnya. Jika anak didiknya serius, ia benar-benar siap membantu. Dengan kata lain, anak didiknya itu harus tamak dengan ilmu, bunya semangat membara untuk mencari ilmu.
Namun kita tentu tidak boleh sembarang memilih guru. Guru yang baik bukanlah sekedar memiliki pengetahuan dan keterampilan, namun juga sikap dan tingkah laku. Yang utama tentu bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Inilah fondasi yang utama. Dengan takwa yang sebenar-benarnya akan tertanamlah sifat jujur, disiplin, tidak egois, sabar, bertanggung jawab, bersyukur, dan sederet sifat-sifat terpuji lainnya. Jangan mencari guru yang menyelewengkan ayat-ayat Allah untuk menyesatkan orang dan demi kepentingan pribadi. Termasuk mengajarkan paham-paham yang menyimpang.
Syarat berikutnya adalah biaya. Ini sudah jelas dengan sendirinya. Masuk sekolah dan kuliah perlu biaya. Membeli buku, majalah, cakram padat, materi daring (online), dan koran perlu biaya.  Terhubung dengan internet perlu biaya. Berpetualang untuk meraih pengalaman perlu biaya. Seminimal-minimalnya, kita butuh biaya transportasi.      
Orang yang menuntut ilmu harus memiliki kecerdasan. Menuntut ilmu bertujuan untuk menambah kecerdasan, bukan menciptakan kecerdasan. Di samping anugerah Allah sebagai dasar, kecerdasan dapat diperoleh misalnya dengan membaca, menulis, melakukan diskusi ilmiah, dan mengajarkan hal-hal yang sudah kita ketahui meskipun hanya sedikit. Sayangnya minat membaca dan menulis rata-rata masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini tentu menghalangi diraihnya ilmu dan pengetahuan,  yang menjadi bekal menambah kecerdasan.
Orang yang mencari ilmu tidak jarang menjumpai berbagai hambatan, misalnya hambatan finansial, minimnya dukungan dari orang-orang sekitar, dan godaan-godaan yang bersifat duniawi. Untuk menghadapinya diperlukan kesabaran. Sabar bukan berarti pasif, menyerah, dan bermalas-malasan, melainkan tidak berputus asa mencaru jalan keluar dari kesulitan dan tidak tergoda degan hal-hal yang merusak perjalanan mencari ilmu.
Dengan selalu haus akan ilmu, menjalani waktu, guru yang tepat, biaya yang cukup, ada kecerdasan, dan kesabaran, Insya Allah ilmu akan bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar