“Jadikanlah
setiap pengalaman sebagai pelajaran”
Itulah
nasihat ayah tadi siang, menanggapi aktivitas dan perjalanan saya pagi ini.
Sebuah nasihat yang terdengar klise, namun tak dapat dipungkiri tetap relevan.
Saya
sedang mengikuti proses seleksi di sebuah lembagai pendidikan. Dalam hati, saya
bertekad untuk meneruskannya, apa pun hasilnya. Saya ingin menggali lebih
banyak informasi mengenai lembaga ini. Kalau pun proses seleksi harus terhenti,
paling tidak pengetahuan dan pengalaman saya semakin bertambah. Kalau
berhasil?Lihat sajalah nanti. Ada banyak pertimbfangan yang harus dipikirkan.
Pengalaman
adalah guru yang terbaik, begitu kata pepatah. Bicara tentang ilmu, tak
terbantahkan guru merupakan sosok sentral, bahkan sejajar dengan pengalaman.
Meski di zaman sekarang ilmu pengetahuan amat mudah dan murah diakses seiring
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), guru tetap dibutuhkan. Yang
utama adalah sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator.
Bicara
tentang guru, saya teringat kisah yang dipaparkan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Dalam novel tersebut, Alif Fikri, sang tokoh
utama, ingin belajar menulis kepada Togar, seniornya. Saat Alif menyerahkan
hasil tulisannya kepada Togar, bukannya pujian-pujian yang didapatkan melainkan
celaan. Diperlakukan demikian, mental Alif sempat jatuh. Sempat terbersit dalam
pikirannya untuk berhenti berguru kepada Togar. Namun kemudian ia teringat
dengan petuah Imam Syafii tentang menuntut ilmu. Menurut Imam Syafii, menuntut
ilmu itu perlu banyak hal, misalnya rakus dengan ilmu, waktu yang panjang, dan
hormat pada guru. “Ah, saya kan bisa cari guru lain”, demikian pikir Alif.
“Lalu kalau demikian, apa niatmu?Kalau mau berguru, ya iklaskanlah dirimu
diajar oleh dia”. Akhirnya Alif
memutuskan untuk tetap berguru kepada Togar, dengan segala konsekuensinya.
Belakangan, ia tahu sebenarnya Togar baik hati meski kerap tanpa basi-basi. Ia
hanya ingin anak didiknya serius dengan niatnya. Jika anak didiknya serius, ia
benar-benar siap membantu. Dengan kata lain, anak didiknya itu harus tamak
dengan ilmu, bunya semangat membara untuk mencari ilmu.
Namun
kita tentu tidak boleh sembarang memilih guru. Guru yang baik bukanlah sekedar
memiliki pengetahuan dan keterampilan, namun juga sikap dan tingkah laku. Yang
utama tentu bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Inilah fondasi yang
utama. Dengan takwa yang sebenar-benarnya akan tertanamlah sifat jujur,
disiplin, tidak egois, sabar, bertanggung jawab, bersyukur, dan sederet
sifat-sifat terpuji lainnya. Jangan mencari guru yang menyelewengkan ayat-ayat
Allah untuk menyesatkan orang dan demi kepentingan pribadi. Termasuk
mengajarkan paham-paham yang menyimpang.
Syarat
berikutnya adalah biaya. Ini sudah jelas dengan sendirinya. Masuk sekolah dan
kuliah perlu biaya. Membeli buku, majalah, cakram padat, materi daring (online), dan koran perlu biaya. Terhubung dengan internet perlu biaya.
Berpetualang untuk meraih pengalaman perlu biaya. Seminimal-minimalnya, kita
butuh biaya transportasi.
Orang
yang menuntut ilmu harus memiliki kecerdasan. Menuntut ilmu bertujuan untuk
menambah kecerdasan, bukan menciptakan kecerdasan. Di samping anugerah Allah
sebagai dasar, kecerdasan dapat diperoleh misalnya dengan membaca, menulis,
melakukan diskusi ilmiah, dan mengajarkan hal-hal yang sudah kita ketahui
meskipun hanya sedikit. Sayangnya minat membaca dan menulis rata-rata
masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini tentu menghalangi diraihnya ilmu dan
pengetahuan, yang menjadi bekal menambah
kecerdasan.
Orang
yang mencari ilmu tidak jarang menjumpai berbagai hambatan, misalnya hambatan finansial,
minimnya dukungan dari orang-orang sekitar, dan godaan-godaan yang bersifat
duniawi. Untuk menghadapinya diperlukan kesabaran. Sabar bukan berarti pasif,
menyerah, dan bermalas-malasan, melainkan tidak berputus asa mencaru jalan
keluar dari kesulitan dan tidak tergoda degan hal-hal yang merusak perjalanan
mencari ilmu.
Dengan
selalu haus akan ilmu, menjalani waktu, guru yang tepat, biaya yang cukup, ada
kecerdasan, dan kesabaran, Insya Allah ilmu akan bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar