Kamis, 30 April 2015

Siapkan Uangnya Dulu

Suatu malam di sebuah bus mini.  Penulis, yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari kantor, duduk di salah satu bangkunya yang mulai retak.  Di deretan  yang sama duduk seorang penumpang lain. Malam itu penulis beruntung masih kebagian tempat duduk.  Banyak penumpang bus yang masuk belakangan harus rela berdiri karena semua bangku telah ditempati. Maklum, dalam hal mendapatkan tempat duduk di bus, berlaku prinsip: siapa cepat, dia dapat.
Tak lama setelah bus mulai bergerak maju, mulailah sang kondektor mendatangi penumpang satu per satu. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menangih ongkos (jujur, sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana seorang kontektur bisa tahu siapa saja penumpang yang belum membayar ongkos). Sebelum menumpang bus, biasanya penulis telah menyiapkan uang di saku yang akan diberikan sebagai ongkos sehingga saat si kondektur menjulurkan tangannya  untuk menagih uang, penulis tidak perlu repot-repot lagi membuka dompet atau merogoh tas untuk mengambil uang. Namun tidak demikian halnya dengan penumpang yang duduk tepat di sebelah kanan penulis. Saat kondektur menjulurkan tangannya, ia nenbuka dan merogoh tasnya untuk mengambil dompet, dan dari dalam dompet itulah ia mengambil uang untuk membayar ongkos bus.
Saya yang menyaksikan kejadian itu lantas berpikir: mengapa sebelumnya ia tidak menyiapkan terlebih uang untuk membayar ongkos bus dan meletakkannya di tempat yang mudah diraih sehingga si kondektur tidak harus menunggu lama untuk mendapatkan ongkos busnya?Sulitkah jika ia terlebih dahulu melakukannya?
Hal yang kurang lebih mirip juga terjadi di omprengan. Banyak penumpang yang baru membuka tas atau dompet serta mengambil uang saat ia telah turun. Tidak jarang mereka harus meraba-raba tas atau dompet mereka, mencari-cari uang untuk membayar ongkos naik omprengan. Agaknya, meeka menyimpan uang mereka di tas atau dompet secara serampangan. Kalau yang melakukannya hanya satu orang, waktu tunggu tidak terlalu lama?Namun bagaimana jika lebih dari dua orang yang menunjukkan perilaku yang sama?Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Bagi banyak orang, apa yang penulis kemukakan ini boleh jadi dianggap tidak bermutu. Mereka akan berkata, “Tulisan macam apa ini?”. Sebagian lain akan menganggap penulis hanya usil, iseng, dan sedang tidak ada kerjaan.  Namun, tahukah bahwa ada kerugian-kerugian bila uang untuk ongkos bus atau angkutan masal lainnya tidak disiapkan sebelum turun atau ditagih kondektur? Pertama, seperti disinggung di atas, si penumpang dan/atau orang lain harus menunggu lebih lama, baik untuk melanjutkan perjalanan maupun untuk membayar ongkos. Belum lagi jika ada mobil antri di belakang bus atau omprengan. Bila sudah begini, biasanya klakson mulai dibunyikan secara bersahut-sahutan. Namun baik penumpang yang membayar maupun supir bus atau angkutan tidak peduli.  Telinga mereka sudah terlalu tebal, sulit untuk menipiskannya kembali. Mereka tidak mau tahu bahwa apa yang sedang mereka lakukan mengganggu orang lain.
Kedua, mengeluarkan dompet dari tas serta mengambil uang dari dalamnya dapat mengundang tindak kejahatan. Dulu, para pencopet biasa mengincar dompet penumpang kendaraan umum seperti bus, kereta api, dan omprengan. Namun sekarang tidak demikian. Kemajuan teknologi telah menyebabkan banyak orang tidak lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar. Mereka cukup membawa satu atau beberapa kartu ATM, kartu debet, atau kartu kredit. Kalau mencopet, belum tentu para pencopet ini bisa menggunakannya karena untuk menggunakan kartu-kartu pintar itu memerlukan nomor identitas pribadi atau PIN.
Saat ini, para pencopet lebih suka mengincar gawai semisal telepon pintar atau komputer tablet. Alasannya?Gawai dapat dijual lebih mahal. Jika kita membuka dompet, apakah gawai juga bisa melayang?Bisa saja jika orang bisa mengintip gawai di tas saat dompet dikeluarkan. Mengada-ada? Silahkan bilang begitu. Yang jelas mudah-mudahan kita terhindar dari hal yang demikian itu.

Jadi, siapkanlah ongkos sebelum melangkahkan kaki ke dalam bus.