Kamis, 31 Oktober 2013

Sang Legenda Setan Merah

Mereka yang menjadi sasaran kritik Sir Alex memberi reaksi beragam.  Beckham ingat saat Ferguson membantunya memulihkan kepercayaan diri yang runtuh pasca Piala Dunia 1998 di Perancis. “Di tengah kecaman publik Inggris, dia tak henti memotivasi dan mati-matian menyelamatkan karier saya. Sir Alex fantastis”, kata Beckham, yang membela MU  pada kurun waktu 1993-2003 sebelum hijrah ke Real Madrid. Rakyat Inggris marah lantaran Beckham menendang Diego Simeone, pemain Argentina, pada partai 16 Besar Piala Dunia 1998. Akibat ulahnya itu, Bechkam diganjar kartu merah. Partai itu dimenangkan Argentina, sehingga Inggris tersingkir dari arena Piala Dunia 1998.
Roy Keane menganggap mantan pelatihnya itu tak tahu berterima kasih. ”Gelimang gelar yang ia dapatkan adalah hasil keringat para pemain. Dia tak pantas berbicara seenaknya sendiri. Seolah-olah hanya dia yang paling benar”, kata Keane.
Kenny Dalglish, mantan pelatih Liverpool, mengatakan Sir Alex asal bicara lantaran menganggap Gerard bukan pemain hebat. Sedangkan Jamie Carragher, mantan pemain Liverpool, mengatakan Gerard beberapa kali menjadi penentu kemenagan tim, termasuk saat Liverpool menghadapi MU.
Namun agaknya kontroversi seputar otobiografi Ferguson tidak mengurangi statusnya sebagai salah satu manajer terbaik dalam sejarah. Selama 26 tahun berkarier sebagai manajer, ia berhasil membawa MU meraih 2 kali juara Liga Champions, 13 kali juara liga Inggris, dan 5 kali juara piala FA. Yang paling terkenal adalah tahun 1999 saat MU meraih “treble”, juara Liga Inggris, juara Piala FA, dan juara Piala Champions dalam satu musim kompetisi. Atas prestasinya ini, Ferguson dianugerahi gelar bangsawan “Sir”.
Apa rahasia kesuksesan Ferguson? Pertama, manajemen modern melalui penciptaan struktur organisasi berorientasi jangka panjang. Ia membangun “pusat keunggulan” bagi talenta-talenta muda. Hasilnya, lahirlah pemain-pemain sekelas David Beckham, Ryan Giggs, dan Paul Scholes  yang membawa MU meraih treble pada tahun 1999. Kedua, tidak terlena dengan kesuksesan. Ia berani memberikan kepercayaan kepada pemain-pemain muda. Di saat yang sama, ia bersedia melepas pemain-pemain yang masih bagus seraya tetap menjaga beberapa pemain veteran demi kontinuitas dan kelestarian budaya klub. Ketiga, kemampuan menyuntikkan motivasi ke dalam diri para pemain sehingga mereka pantang menyerah hingga akhir pertandingan. Keempat, memegang kendali penuh dan tak segan bertindak tegas terhadap pemain yang melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan, siapapun dia. Bahkasn seorang Roy Keane dan David Beckham, yang telah berjasa bagi tim,  harus rela ditendang lantaran dianggap bertindak melampaui batas. Kelima, paham bagaimana harus bersikap kepada setiap pemain seraya tetap mengutamakan kepentingan tim. Saat memutuskan untuk membangkucadangkan seorang pemain, Ferguson akan mendekati si pemain secara pribadi dan meyakinkan bahwa keputusannya hanyalah berkaitan dengan masalah taktik dan si pemain pasti akan diberikan kesempatan untuk tampil di partai-partai berikutnya. Ferguson yakin tidak boleh melakukan pendekatan yang sama untuk setiap pemain dalam setiap situasi. Ia tidak pernah memuji berlebihan. Jika pemain gagal memenuhi ekspektasi, ia akan mengungkapkannya tanpa menunda-nunda. Keenam, mendelegasikan tugas seraya tetap mengawasi dengan cermat dan berkala. Dan ketujuh, pandai menyesuaikan diri dengan perubahan.

Otobiografi Ferguson boleh saja kontroversial. Namun tak ada yang meragukan bahwa ia adalah legenda.

Senin, 14 Oktober 2013

Ilusi Pariwisata Nona Dunia

Pergelaran Miss World  2013 telah berakhir. Seperti diberitakan, acara ini menuai pro dan kontra. Pihak penyelenggara dan para pendukungnya yakin acara ini akan berdampak positif bagi Indonesia. Negeri ini akan lebih dikenal dunia. Wisatawan, terutama wisatawan asing,  akan berbondong-bondong datang berkunjjung. Hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia juga telah dihilangkan pada acara Miss World 2013. Sedangkan pihak yang kontra menganggap kontes ini tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan bertentangan dengan norma-norma agama.
Tulisan ini tidak akan mengulas perdebatan seputar kontes Miss World 2013. Acara ini toh telah ditutup dan pemenangnya sudah diketahui. Tulisan ini akan mengulas anggapan bahwa penyelenggaraan kontes Miss World akan mendongkrak pariwisata Indonesia.
Benarkah anggapan ini? Pernyelenggaraan peristiwa-peristiwa bertaraf internasional semacam Miss World memang akan membuat nama sebuah negara lebih sering disebut. Selanjutnya, wisatawan akan mulai berdatangan guna mengetahui lebih lanjut objek-objek wisata yang menarik di negeri itu. Namun masih harus dilihat apakah para wisatawan ini akan kerasan tinggal lebih lama untuk kemudian kembali lagi suatu saat.
Membuat wisatawan merasa betah inilah yang diusahakan oleh banyak negara di dunia. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Faktor-faktor apa sajakah yang membuat wisatawan senang untuk tinggal lebih lama di sebuah negara?
Indeks daya saing pariwisata atau Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) dapat menjawab pertanyaan ini.  TTCI mengukur faktor-faktor dan kebijakan-kebijakan yang membuat industri pariwisata di sebuah negara menarik, berkembang, dan berdaya saing tinggi. Pengukuran dilakukan terhadap 140 negara. TTCI diterbitkan oleh Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) setiap tahun sejak 2007. Berdasarkan TTCI, ada 14 faktor yang menentukan daya saing pariwisata sebuah negara, yaitu peraturan dan regulasi; kelestarian lingkungan; keselamatan dan keamanan; kesehatan; perhatian terhadap industri pariwisata; infrastruktur angkutan udara; infrastruktur angkutan darat; infrastruktur pariwisata; infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK); daya saing harga dalam industri pariwisata; sumber daya manusia (SDM); keramahtamahan dan penerimaan penduduk lokal terhadap pariwisata; sumber daya alam; dan sumber daya budaya.  Masing-masing faktor ini kemudian dirinci lagi.
Berdasarkan data TTCI, Indonesia berada pada peringkat ke-70. Meski naik empat tingkat dibanding tahun sebelumnya, peringkat ini masih jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Di Asia, Singapura berada pada peringkat paling atas, yaitu ke-10, disusul Jepang (ke-14), Korea Selatan (ke-25), Malaysia (ke-34), Thailand (ke-43), China (ke-45), dan India (ke-66).
Menilik hasil TTCI, Indonesia hanya unggul dalam faktor harga, sumber daya alam, dan sumber daya budaya. Harga tiket, bahan bakar, dan hotel di Indonesia lebih murah dibanding banyak negara lain. Kekayaan alam Indonesia tidak perlu diragukan. Demikian halnya dengan kekayaan budaya. Aneka pameran dan pertunjukan kerap diadakan di tanah air. Industri kreatif juga semakin berkembang.
Sayangnya, keunggulan harga, sumber daya alam, dan sumber daya budaya Indonesia belum dimanfaatkan dengan optimal. Untuk faktor-faktor lainnya, Indonesia masih kedodoran.  Kelestarian lingkungan belum terjamin lantaran pembangunan objek-objek pariwisata masih kurang memperhatikan aspek lingkungan. Penegakkan hukum dalam lingkungan hidup masih lemah. Keamanan bagi para wisatawan masih memprihatinkan, lantaran kinerja aparat kemamanan masih belum optimal. Kesehatan juga menjadi isu. Akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih masih belum memadai. Akibatnya, wisatawan rentan terhadap penyakit.
Nasalah lainnya berkaitan dengan infrastruktur. Jumlah dan kualitas infrastruktur udara, jalan raya, jalan kereta api, dan pelabuhan masih kurang. Demikian pula halnya dengan infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK)

Jadi, naif bila beranggapan Miss World akan mendongkrak pariwisata tanah air.