Senin, 25 Agustus 2014

Memang Perlu Waktu, Tapi.....


David Moyes buka mulut pasca pemecatannya sebagai manajer Manchester United (MU).  Dalam wawancaranya dengan surat kabar The Daily Mail, Moyes, yang dipecat dari MU bulan April 2014 setelah hanya sepuluh bulan menangani klub yang bermarkas di Old Trafford itu,  mengatakan bahwa dirinya tidak diberi waktu yang cukup untuk menunjukkan keberhasilannya memimpin MU.
Di bawah kepelatihan Moyes, prestasi MU memang merosot drastis. Hingga pemecatannya tanggal 22 April 2014, MU hanya berada di peringkat ketujuh Liga Primer Inggris, dengan selisih 13 angka di belakang Arsenal, yang menduduki peringkat keempat.  Prestasi ini tentu jauh dibanding musim sebelumnya, di mana MU, yang saat itu masih dipimpin oleh Sir Alex Ferguson, menjadi juara liga. Dan untuk pertama kalinya sejak tahun 1995, MU gagal lolos ke liga Champions. Untuk pertama kalinya juga MU terlempar dari posisi tiga besar sepanjang sejarah Liga Primer.  Di Kompetisi Liga Champions Eropa, MU kandas di perempat final setelah dikalahkan Bayern Muenchen dengan skor agregat 4-2. Sedangkan di piala FA, MU tersingkir setelah bulan Januari 2014 dikalahkan Swansea 2-1.
Tugas yang diemban Moyes saat mengambil alih tampuk kepelatihan MU memang sungguh berat. Ia harus menggantikan Ferguson, yang telah menjadi legenda hidup MU.  Ferguson memang salah satu figur yang yang paling sukses, paling dikagumi, dan paling dihormati dalam sejarah sepak bola. Saat menjadi manajer MU, Ferguson berhasil mengantar MU menjadi juara Liga Primer sebanyak 13 kali, Piala FA 5 kali, Community Shields 10 kali, juara liga Champions Eropa 2 kali, Cup Winners Cup 1 kali, Piala Super Eropa 1 kali, Piala Intercontinental 1 kali, dan juara dunia antarklub 1 kali. Belum lagi penghargaan-penghargaan yang diterimanya sebagai manajer. Sebutlah diantaranya LMA Manager of the Decade 1 kali, LMA Manager of the Year 4 kali, Manajer Liga Primer Musim ini 11 kali, Manajer Liga Primer bulan ini 27 kali, Manajer Dunia Tahun Iniversi majalah World Soccer 4 kali, dan Manajer Tahun Ini versi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Deretan panjang prestasi ini rasanya sulit disamai oleh orang lain, termasuk penggantinya di MU, siapa pun orangnya. Tak terkecuali Louis van Gaal, Jose Mourinho, Arsene Wenger, Carlo Ancelloti, ataupun Pep Guardiola.
Moyes sepertinya ingin membela diri soal prestasinya bersama MU. Pertanyaannya, tepatkah alasan yang dikemukakannya bahwa ia tidak mempunyai cukup waktu?Saat Ferguson meninggalkan MU pada akhir musim 2012-2013,  MU adalah tim yang telah mapan, baik dari sisi pemain dan pola permainan. Saat Moyes datang, ia tentu ingin menerapkan gayanya sendiri. Hal ini tentu wajar-wajar saja. Yang menjadi masalah, para pemain yang hampir semuanya adalah hasil didikan Ferguson belum terbiasa, atau tidak mau menerima gaya Moyes. Agar gayanya diterima, Moyes memerlukan waktu. Dalam hal ini, alasan Moyes bahwa dirinya tidak diberikan waktu yang cukup dapat dibenarkan. Apatah lagi Moyes mengatakan bahwa dirinya ingin merekrut pemain-pemain seperti Cesc Fabregas, Cristiano Ronaldo, dan Gareth Bale meski nyatanya tidak berhasil.
Persoalannya, dalam kompetisi yang begitu ketat, hasil kerap lebih penting ketimbang proses. Ditambah lagi para pendukung dan penggemar MU sudah biasa melihat tim kesayangan mereka selalu berada di jalur kemenangan. Bagi mereka, tak terbayangkan MU berada di luar tiga besar, tidak lolos ke kejuaraan Eropa (bahkan untuk kejuaraan Liga Europa yang dianggap sebagai kompetisi kelas dua), dan kalah dari tim-tim papan tengah bahkan papan bawah. Namun itu semua terjadi saat Moyes menjadi manajer tim dengan julukan setan merah itu. Kegagalan Moyes mengendalikan para pemain MU juga menjadi bukti lemahnya kualitas kepemimpinan mantan pelatih Everton itu. Ini tentu jauh dibandingkan Ferguson, yang terkenal otoriter namun disegani.  Maka tak ada ampun lagi, Moyes harus lengser dari posisinya sebagai manajer MU.  Padahal ia tadinya dikontrak selama enam tahun.