Badan tertinggi sepakbola dunia,
FIFA, telah menetapkan Lionel Messi sebagai pemain terbaik dunia tahun
2012. Ini adalah keempat kalinya Messi
meraih penghargaan yang sama, melebihi prestasi Michel Platini, Johan Cruyff,
dan Marco van Basten.
Messi tentu senang dengan
penghargaan ini. Namun kepada The Sun, ia mengatakan rela menukar penghargaan
yang diterimanya dengan sebuah trofi Piala Dunia bersama Argentina. Menurutnya,
tidak ada yang bisa menandingi Piala Dunia.
Agaknya, belum berhasilnya Messi
mengangkat trofi Piala Dunia bersama tim nasional Agrentina inilah yang membuat
sebagian kalangan ragu mensejajarkannya dengan legenda sepakbola macam Pele,
Diego Maradona, dan Franz Beckenbauer. Messi boleh saja sukses meraih semua gelar dan
piala bersama klub Barcelona. Namun tanpa gelar dan juara bersama tim nasional,
baik Piala Dunia maupun (dalam kasus Messi) Copa America, rasanya masih ada
yang kurang. Memang Messi masih lebih baik ketimbang Ryan Giggs, yang bersinar di
Manchester United (MU) namun belum pernah tampil di Piala Dunia karena Wales, negara asal Giggs, hanyalah tim kelas dua di Eropa. Namun pencapaian Messi
tetap saja dianggap belum lengkap. Apatah lagi Argentina bukanlah Negara kelas
dua dalam sepakbola. Negara ini secara
konsisten melahirkan bintang-bintang dengan talenta dan teknik individual yang
tinggi. Sebutlah nama-nama semisal Juan Roman Riquelme dan Javier Saviola. Namun
mereka bersinar hanya pada level yunior. Begitu masuk ke level senior, prestasi
mereka meredup.
Nasionalisme
Mengapa kejuaraan sepakbola antara negara dinilai lebih bergengsi ketimbang kejuaraan sepakbola antar klub? Perrtama,
kejuaraan antar negara identik dengan nasionalisme dan kebanggaan
sebuah bangsa. Bila mampu berprestasi gemilang dalam sepakbola, sebuah negara
dapat terangkat harkat dan martabatnya meski kondisi ekonomi, sosial, dan
politik negara itu dilanda kekacauan. Contohnya adalah Irak yang berhasil menjadi
juara Piala Asia tahun 2007. Padahal negara itu masih dilanda perang Contoh
yang lebih terkenal adalah Brasil. Meski masih tergolong negara berkembang dari
sisi ekonomi, namun tidak ada yang meragukan prestasi sepakbola negara dengan
luas wilayah terbesar di Amerika Latin itu. Brasil adalah pemegang juara dunia
lima kali, lebih banyak dari negara manapun.
Tidak jarang apa yang sedang
terjadi di sebuah negara berpengaruh hingga ke lapangan hijau. Lihatlah
suasana sebelum pertandingan bila tim nasional Indonesia dan tim nasional
Malaysia saling berhadapan. Kondisi ini mencerminkan rivalitas antara kedua negara
dalam ekoomi dan politik. Kondisi serupa terjadi juga di kawasan lain,
misalnya antara Brasil dan Argentina di Amerika Latin, atau antara Jerman dan Belanda di Eropa.
Kedua, faktor asal-usul pemain.
Dalam sebuah klub, faktor uang kerap menjadi pertimbangan dalam pengelolaannya.
Seiring maraknya globalisasi yang mengaburkan batas-batas negara,
sebuah klub relatif lebih bebas memiliki pemain tanpa mempertimbangkan
asal-usul negara. Tak heran bila banyak klub kaya membeli pemain bintang
tanpa mempedulikan asal-usul negara sang bintang. Sedangkan di tim nasional, pelatih hanya boleh memanggil pemain yang memiliki status
kewarganegaraan tim nasional yang diwakilinya. Dan kita semua tahu, tidak mudah
menjadi warga negara sebuah bangsa. Maka, mencari pemain untuk memperkuat tim
nasional lebih sulit ketimbang mencari pemain untuk klub. Bila seorang pemain
dibeli oleh sebuah klub dan berhasil, ia hanya akan menjadi kebanggaan klub
itu. Namun bila seorang pemain dipanggil memperkuat tim nasional dan
sukses, ia menjadi kebanggaan negara, melewati sekat-sekat klub yang
berkompetisi di negerinya.
Faktor
Usia
Faktor ketiga adalah
waktu. Tidak seperti kejuaraan antar klub, kejuaraan antar negara tidak
berlangsung setiap tahun. Artinya kesempatan meraih prestasi tertinggi
lebih sedikit. Bila gagal meraih prestasi saat ini, belum tentu kesempatan yang
sama akan datang dua atau empat tahun kemudian. Faktor usia, kondisi fisik, dan
munculnya pesaing kerap menjadi penghalang.
Tumpulnya Messi di tim nasional
Argentina juga mengajarkan satu hal: bahwa sepakbola adalah olahraga tim.
Sehebat apapun seorang pemain, ia tidak berdaya tanpa
dukungan rekan-rekan satu tim. Di Barcelona, Messi mendapat dukungan dari
pemain-pemain semisal Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, sesuatu yang tidak ia
dapatkan di tim nasional Argentina.