Sabtu, 13 Juli 2013

Sebelum Mengincar Promosi Jabatan


Seorang sanak saudara, yang bekerja sebagai penyelia penjualan di sebuah perusahaan otomotif terkemuka, pernah mengatakan kepada penulis, “Saat masih menjadi staf penjualan, saya cukup memikirkan kinerja saya sendiri tanpa harus mempedulikan pencapaian orang lain. Namun saat menjadi penyelia  penjualan, di samping memikirkan prestasi pribadi, saya juga harus peduli terhadap kinerja bawahan saya. Saya harus memastikan mereka mencapai target yang ditetapkan. Jika bawahan gagal, sayalah yang harus bertanggung jawab”.
Apakah saudara penulis itu memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penyelia? Terus terang penulis tidak bisa menjawabnya karena belum pernah mengamati dari dekat. Namun satu hal yang pasti, sukses sebagai penjual tidak menjamin seseorang dapat menjadi penyelia yang baik meski saat menjadi penjual ia mampu menggapai prestasi yang fenomenal.  Demikian juga dengan seorang akuntan yang sukses. Banyak yang jeblok prestasi kerjanya saat diangkat menjadi penyelia keuangan. Daftar ini masih bisa diperpanjang. Seorang guru belum tentu mampu menjadi kepala sekolah yang baik. Demikian pula halnya seorang wartawan saat menjadi pemimpin redaksi sebuah surat kabar atau majalah. Dalam dunia olahraga, seorang pesepakbola yang sukses belum tentu mampu menjadi pelatih yang hebat. Diego Maradona dan Michel Platini adalah contoh pemain hebat yang gagal saat menjadi pelatih. Hanya segelintir yang mampu melakukannya. Contohnya adalah Franz Beckenbauer. Ia sukses membawa Jerman menjadi juara dunia, baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Iapun sukses saat menjadi Presiden klub Bayern Muenchen dan saat menjadi ketua panitia Piala Dunia 2006 di Jerman. Namun sekali lagi, Beckenbauer adalah contoh langka.
Mengapa ini bisa terjadi? Semakin tinggi posisi seseorang dalam organisasi, semakin tinggi keterampilan manajemen yang disyaratkan. Keterampilan manajemen adalah kemampuan memahami, mengembangkan, dan menggerakkan orang lain beserta keterampilan yang mereka miliki. Robert Katz mengemukakan tiga keterampilan manajemen yang harus dimiliki seorang manajer agar sukses menjalankan tugasnya, yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusia, dan keterampilan konseptual. Keterampilan teknis berkaitan dengan pengetahuan dan penguasaan teknis pekerjaan  yang ditekuni. Contohnya, seorang manajer produksi harus memahami dengan detail proses produksi barang. Keterampilan manusia berkaitan dengan kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Sedangkan keterampilan konseptual berkaitan dengan perumusan gagasan. Meski manajer harus memiliki ketiga keterampilan tersebut, namun derajat kepentingan kepemilikannya berbeda-beda, sesuai dengan tinggi rendahnya posisi. Sebagai contoh, manajer puncak harus memiliki keterampilan konseptual yang tinggi. Tidak masalah bila keterampilan teknisnya biasa-biasa saja. Sebaliknya, bagi seorang manajer lini pertama, keterampilan teknis harus menjadi prioritas. Ia tidak  dituntut untuk memiliki keterampilan konseptual di atas rata-rata. Satu hal yang jelas, keterampilan manusia wajib dimiliki oleh setiap manajer, apapun tingkatannya.
Di samping keterampilan manajemen, yang juga perlu diingat adalah keterbatasan. Dalam kariernya, seseorang boleh saja berambisi menduduki jabatan tertinggi. Namun ada tingkat jabatan yang bila seseorang memasukinya, ia tidak cakap lagi menjalankan tugasnya. Inilah yang dikenal dengan Prinsip Peter (The Peter Principle). Prinsip ini berlaku dengan catatan seseorang dipromosikan lantaran faktor prestasi dan keahliannya, bukan karena faktor lain. Seorang rekan penulis bercerita tentang temannya yang sukses sebagai Direktur Penjualan sebuah perusahaan barang konsumsi (consumer goods). Sebut saja namanya Adi. Dalam struktur organisasi perusahaan itu, Direktur Penjualan berada di bawah Direktur Pemasaran. Saat Direktur Pemasaran yang lama mengundurkan diri, Adi langsung ditunjuk sebagai penggantinya lantaran manajemen puncak terkesan dengan prestasinya selama menjabat sebagai Direkttur Penjualan. Namun apa yang terjadi? Prestasi Adi tidak segemilang saat menjabat sebagai Direktur Penjualan. Penyebabnya? Menjadii Direktur Pemasaran mensyaratkan keterampilan konseptual yang tinggi, sesuatu yang ternyata kurang dimiliki oleh Adi.
Jadi pertimbangkanlah keterampilan manajemen dan keterbatasan-keterbatasan anda sebelum promosi.