Seorang sanak
saudara, yang bekerja sebagai penyelia penjualan di sebuah perusahaan otomotif
terkemuka, pernah mengatakan kepada penulis, “Saat masih menjadi staf
penjualan, saya cukup memikirkan kinerja saya sendiri tanpa harus mempedulikan pencapaian
orang lain. Namun saat menjadi penyelia
penjualan, di samping memikirkan prestasi pribadi, saya juga harus
peduli terhadap kinerja bawahan saya. Saya harus memastikan mereka mencapai
target yang ditetapkan. Jika bawahan gagal, sayalah yang harus bertanggung
jawab”.
Apakah saudara
penulis itu memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
penyelia? Terus terang penulis tidak bisa menjawabnya karena belum pernah
mengamati dari dekat. Namun satu hal yang pasti, sukses sebagai penjual tidak
menjamin seseorang dapat menjadi penyelia yang baik meski saat menjadi penjual
ia mampu menggapai prestasi yang fenomenal. Demikian juga dengan seorang akuntan yang sukses. Banyak
yang jeblok prestasi kerjanya saat diangkat menjadi penyelia keuangan. Daftar ini
masih bisa diperpanjang. Seorang guru belum tentu mampu menjadi kepala sekolah
yang baik. Demikian pula halnya seorang wartawan saat menjadi pemimpin redaksi
sebuah surat kabar atau majalah. Dalam dunia olahraga, seorang pesepakbola yang
sukses belum tentu mampu menjadi pelatih yang hebat. Diego Maradona dan Michel
Platini adalah contoh pemain hebat yang gagal saat menjadi pelatih. Hanya
segelintir yang mampu melakukannya. Contohnya adalah Franz Beckenbauer. Ia
sukses membawa Jerman menjadi juara dunia, baik sebagai pemain maupun sebagai
pelatih. Iapun sukses saat menjadi Presiden klub Bayern Muenchen dan saat menjadi
ketua panitia Piala Dunia 2006 di Jerman. Namun sekali lagi, Beckenbauer adalah contoh langka.
Mengapa ini bisa
terjadi? Semakin tinggi posisi seseorang dalam organisasi, semakin tinggi
keterampilan manajemen yang disyaratkan. Keterampilan manajemen adalah
kemampuan memahami, mengembangkan, dan menggerakkan orang lain beserta keterampilan yang mereka miliki. Robert Katz mengemukakan tiga keterampilan manajemen yang harus
dimiliki seorang manajer agar sukses menjalankan tugasnya, yaitu keterampilan
teknis, keterampilan manusia, dan keterampilan konseptual. Keterampilan teknis berkaitan dengan pengetahuan
dan penguasaan teknis pekerjaan yang ditekuni. Contohnya, seorang manajer produksi harus memahami
dengan detail proses produksi barang. Keterampilan manusia berkaitan dengan
kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Sedangkan keterampilan
konseptual berkaitan dengan perumusan gagasan. Meski manajer harus memiliki
ketiga keterampilan tersebut, namun derajat kepentingan kepemilikannya
berbeda-beda, sesuai dengan tinggi rendahnya posisi. Sebagai contoh, manajer
puncak harus memiliki keterampilan konseptual yang tinggi. Tidak masalah bila
keterampilan teknisnya biasa-biasa saja. Sebaliknya, bagi seorang manajer lini
pertama, keterampilan teknis harus menjadi prioritas. Ia tidak dituntut untuk memiliki keterampilan
konseptual di atas rata-rata. Satu hal yang jelas, keterampilan manusia wajib
dimiliki oleh setiap manajer, apapun tingkatannya.
Di samping keterampilan manajemen, yang juga perlu diingat adalah
keterbatasan. Dalam kariernya, seseorang boleh saja berambisi menduduki jabatan
tertinggi. Namun ada tingkat jabatan yang bila seseorang memasukinya, ia tidak
cakap lagi menjalankan tugasnya. Inilah yang dikenal dengan Prinsip Peter (The Peter Principle). Prinsip ini
berlaku dengan catatan seseorang dipromosikan lantaran faktor prestasi dan keahliannya, bukan karena faktor
lain. Seorang rekan penulis bercerita tentang temannya yang sukses sebagai
Direktur Penjualan sebuah perusahaan barang konsumsi (consumer goods). Sebut saja namanya Adi. Dalam struktur organisasi
perusahaan itu, Direktur Penjualan berada di bawah Direktur Pemasaran. Saat
Direktur Pemasaran yang lama mengundurkan diri, Adi langsung ditunjuk sebagai penggantinya
lantaran manajemen puncak terkesan dengan prestasinya selama menjabat sebagai
Direkttur Penjualan. Namun apa yang terjadi? Prestasi Adi tidak segemilang saat
menjabat sebagai Direktur Penjualan. Penyebabnya? Menjadii Direktur Pemasaran
mensyaratkan keterampilan konseptual yang tinggi, sesuatu yang ternyata kurang dimiliki
oleh Adi.
Jadi pertimbangkanlah keterampilan manajemen dan keterbatasan-keterbatasan
anda sebelum promosi.